"Jauh dari ratu, dekat dengan batu." Itulah deskripsi orang Gunungkidul tentang kampung halamannya.Sebagai wilayah terluas di DIY, Gunungkidul memang berjarak paling jauh dengan pusat kebudayaan Jawa yaitu kraton Yogyakarta. Wilayah ini juga memiliki bentang alam yang khas, yaitu didominasi pegunungan karst atau kapur sehingga justru menjadi keunggulannya. Salah satunya adalah air terjun Sri Getuk ini. Air yang berasal dari tiga sumber air,yaitu air Dung Poh, Ngandong dan Ngumbul menyembur deras dari tebing kapur setinggi 80 meter. Titik-titik air menerpa bebatuan putih, kemudian mengalir menuju sungai Oya, yang menjadi sungai terpanjang di Gunungkidul. Wisatawan dapat bermain air pada air terjun kecil di bagian bawah. Atau kalau punya nyali, wisatawan dapat mendaki untuk menadahi terpaan air yang terjun bebas dari atas.
Asal-usul Nama
Suara air terjun yang bergemuruh menciptakan mitos di kalangan warga desa. Pada zaman dahulu jika malam menjelang, maka suasana desa menjadi sepi. Lalu dDari kejauhan, penduduk kampung sayup-sayup mendengar suara gamelan yang arahnya dari air terjun ini. Namun ketika didatangi, suara ini menghilang. Warga percaya bahwa gamelan itu berasal dari gamelan yang ditabuh oleh jin seniman yang dipimpin oleh Angga Mandura. Salah satu gamelan yang bernama "Kethuk" disimpan di air terjun ini. Kethuk adalah salah satu instrumen musik yang mirip bonang, tetapi berukuran lebih besar. Maka dari kepercayaan ini, terciptalah nama "Sri Kethuk." Kata "Sri" adalah kata sandang dalam bahasa Jawa untuk sebagai gelar kehormatan.
Warga desa juga menamainya air terjun "Slempret" karena gemuruhnya mirip dengan bunyi "slompret" atau terompet.
Dua jalur
Untuk mencapai air terjun ada dua plihan. Setelah membayar tiket masuk Rp. 3000,-/orang dan tiket parkir mobil Rp. 5000,- maka kita bisa memilih menyusuri jalan darat atau lewat air. Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. Jika memilih berjalan kaki, maka Anda memilih jalur ke kanan, lalu berjalan menyusuri jalan desa dan pematang sawah yang asri. Di jalur ini, Anda bisa mampir ke goa karst Rancang Kencana. Jika punya banyak waktu, Anda bisa juga menunjungi goa yang lain yaitu Ngledok, Dlingsem, Dilem, Song Ngoya, Tunting dan Jati Udeng. Jika memilih jalur ini, sebaiknya Anda memiliki stamina yang bagus.
Pilihan kedua adalah lewat air. Ambil jalan lurus sekitar 1 km kemudian belok kanan sepanjang 2 km. Anda harus melewati jalan terjal berbatu. Kendaraan Anda akan bergoncang-goncang karena terantuk batu. Setelah memarkirkan kendaraan, Anda berjalan turun sejauh 300 meter menuju dermaga di pinggir ke sungai. Beli tiket dulu senilai Rp. 7500,- (dewasa) dan Rp. 3000,- (anak-anak. Selanjutnya kita boleh menunggangi kapal ponton mengarungi sungai Oya, sepanjang sekitar 500 meter. Jangan lupa untuk menikmati pemandangan indah di pada tebing-tebing yang menjulang tinggi di pinggir sungai. Bekas aliran air menciptakan guratan-guratan unik pada batu-batu tebing. Perahu ponton akan merapat ke tebing di sebelah kanan sehingga penumpang bisa segera bermain air. Sebaiknya Anda berhati-hati karena batu-batu sungai tersebut licin akibat berlumut dan basah. Istri saya yang menggendong anak kedua kami berusia 8 bulan sempat terpeleset dan tangannya terantuk pada batu. Puji Tuhan, anak kami tidak terantuk batu.
Ancar-ancar
Ada banyak papan penunjuk ke air terjun ini. Sepanjang Anda bisa membaca, maka Anda tidak akan tersesat. Anda juga bisa bertanya kepada warga setempat yang dengan ramah akan memberikan panduan. Dari Yogyakarta, arahnya adalah ke Wonosari. Namun begitu sampai di lampu merah Gading (30 km sebelum Wonosari), belok ke kanan ke arah Playen. Begitu sampai ibukota kecamatan Playen, pilih jalur menuju Paliyan namun mulai pasang mata waspada. Sekitar 1 km, begitu menemukan papan penunjuk ke arah air terjun Sri Gethuk, Anda belok ke kanan. Anda masih harus menempuh perjalanan sekitar 8 km, kemudian memasuki jalan aspal yang rusak parah. Begitu masuk areal perhutani, Anda bisa menghela nafas sejenak karena jalan kembali mulus. Begitu juga ketika masuk dusun Menggoran. Namun setelah itu bersiaplah digoncang-goncang oleh jalan berbatu hingga sampai di lokasi wisata.
Tips
Berikut tips yang bermanfaat jika Anda ingin mencoba kesegaran air terjun Sri Getuk:
1. Bawa ganti baju. Buat apa Anda ke sana kalau tidak basah-basahan. Siapkan juga tas plastik untuk mewadahi baju basah.
2. Gunakan sandal atau sepatu anti slip. Batu-batu di sekitar air terjun ada yang licin.
3. Gunakan mobil dengan kabin yang tinggi, misalnya sejenis SUV atau MPV. Kalau pergi berombongan, jangan sewa bis besar. Maksimal bis ukuran 3/4 supaya bisa masuk ke lokasi.
4. Bawa plastik untuk membungkus alat elektronik Anda.
Saran untuk pemerintah
1. Karena pengunjung semakin ramai, hendaknya pemerintah mengaspal dan memperlebar jalan ke lokasi wisata. Hal ini akan menggairahkan perekonomian setempat.
2. Belum ada kios yang menjual oleh-oleh dan suvenir. Pengelola bisa membuka kios yang menjual jajanan khas Gunungkidul seperti gathot dan tiwul.
3. Pengelola wisata sebaiknya mengasuransikan pengunjung wisata. Jika terjadi kecelakaan, maka pihak asuransi akan menanggung biaya yang tombul akibat kecelakan itu.
4. Pengelola wisata sebaiknya memikirkan cara untuk meminimalkan kemungkinan pengunjung jatuh terpeleset. Namun sebaiknya cara ini tidak mengganggu keaslian alam.
5. Hendaknya pengelola juga menyediakan toilet yang cukup bersih. Kemarin saya melihat ada dua wisatawan asing yang kebingungan mencari toliet. Toliet yang sudah ada adalah buatan pemilik warung dengan papan penutup seadanya.
6. Di sebelah atas kolam pemancingan milik perhutani, sedang ada aktivitas alat berat yang memecah batu-batu di bukit kapur. Pemandangan ini kontras dengan lokasi wisata air terjun. Di satu sisi, orang datang ke sana untuk mengagumi keaslian alam, tapi sebelum masuk disuguhi oleh aktivitas yang mengusik alam. Apakah proyek itu sudah mengantongi Amdal dan tidak merusak alam?
-
Koordinat GPS: S7°56'36" E110°29'21"
Video
Video Sri Getuk [1] Video Sri Getuk [2]